Tanggamus, DNL: Di balik dinding papan kayu yang lapuk dan atap asbes yang menua, tersimpan kisah pilu seorang pahlawan devisa yang kini terbaring tak berdaya. Yasin (60), warga Pekon Sudimoro Induk, Kecamatan Semaka, Tanggamus, adalah potret nyata perjuangan dan pengorbanan yang berujung pada keterlupaan.
Menurut keterangan sang adik lukman, Setelah bertahun-tahun mengarungi negeri jiran sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia demi menghidupi keluarga dan menyumbang negara, kini ia hanya bisa pasrah, menanti uluran tangan di rumah sederhana yang jauh dari kata layak teranganya”
Masih lanjut lukman, Gambar yang menyayat hati ini menunjukkan Bapak Yasin, dengan tubuh kurus tak berdaya, duduk di kursi plastik hijau yang usang, menatap hampa ke depan. Pandangannya telah direnggut kebutaan, dan sebagian raganya dilumpuhkan stroke, hanya setahun setelah kepulangannya di akhir tahun 2024 Jelas lukman dengan nada sedih
“Siapa yang mau merawatnya? Istri tidak ada, anak jauh bekerja di Jogja,” tutur Lukman, sang adik yang setia mendampingi Yasin. Matanya memancarkan kepedihan mendalam, terbebani oleh keterbatasan ekonomi yang menghalanginya memberikan perawatan maksimal. Riwayat penyakit gula darah Yasin yang pernah melonjak hingga 600 tanpa penanganan medis yang memadai, semakin memperparah kondisi sang mantan pahlawan devisa. Hari-hari Yasin kini terasa gelap, bukan hanya karena kebutaan, tetapi juga karena minimnya harapan akan kesembuhan.
Di tengah kesendirian dan kegelapan yang melingkupinya, Yasin masih menyimpan satu asa yang tulus. Sambil mengusap air matanya yang tak sanggup ia lihat sendiri, ia berbisik lirih, “Saya sih kepengen bisa dirawat di rumah sakit. Insyaallah saya masih bisa sehat lagi, bisa kerja lagi dan tidak merepotkan saudara.”
Kalimat itu adalah permohonan terakhir seorang lansia yang hanya ingin kembali mandiri, kembali merasakan martabat yang pernah ia miliki.
Kisah Bapak Yasin adalah panggilan mendesak bagi hati nurani kita semua. Ia adalah bagian dari kita, seorang mantan pahlawan devisa yang kini membutuhkan uluran tangan untuk mendapatkan perawatan medis yang layak dan kehidupan yang lebih baik di masa senjanya.
Kami mengajak seluruh dermawan, individu berjiwa sosial, Dinas Sosial Kabupaten Tanggamus, dan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama meringankan beban Bapak Yasin. Bantuan sekecil apa pun akan sangat berarti untuk membawanya keluar dari kegelapan kebutaan dan kelumpuhan, serta memberinya harapan untuk merasakan hangatnya kesembuhan di akhir usianya.
Mari kita kembalikan senyum dan martabat Bapak Yasin, sang pahlawan devisa, sebelum terlambat. Jangan biarkan pengorbanannya berakhir dalam kesendirian dan keputus asa,an.( Rizal)